Pada masa yang belum ada teknologi layaknya saat ini ini, penduduk tetap terbatas didalam perihal pengetahuan ke dokteran, leluhur kita mempunyai cara sendiri didalam penyembuhan pentakit sawan atau epilepsi, lepas benar atau tidak didalam dunia medis dapat obat serta pemicunya, cara yang di pakai leluhur kita dahulu tidaklah percuma, hingga sekarangpun di pedesaan biasanya tetap memakai beberapa cara tradisionil untuk mengobati sawan. umumnya pengetahuan penyembuhan sawan ini di kuasai oleh beberapa dukun beranak, tetapi tidak seluruh dukun beranak menguasai pengetahuan penyembuhan sawan ini. cuma dukun tertentulah yang menguasainya.
penyembuhan dengan pemijatan, dengan medis tetap dapat di maklumi, bila si dukun memanglah pakar pemijatan, maka ia dapat dapat buka simpul syaraf yang terganggu pada tengkuk bayi tersebut, tetapi yang terkesan unik yaitu ada cara penyembuhan kuno yang memercayakan mantra-mantra, penyembuhan dengan mantra memanglah kerap di lakuakan oleh dukun-dukun masa dahulu, sepintas lantas perihal ini barangkali tidak dapat diterima akal, pasalnya bagaimana barangkali cuma dengan sesuatu mantra serta sesuatu ritual spesial dapat mengobati penyakit sawan, ketidak rasionalan ini penyembuhan itu jadi di pandang unik, bila di sandingkan dengan dunia medis amatlah jauh perbedaannya, tetapi perihal ini cuma dapat di kaji dengan kepercayaan seseorang yang menguasai mantra tersebut, serta yang sangat mutlak sesuatu terapi penyembuhan yaitu dapat mengobati dari pewnderitaan penyakit yang menyerang. tersebut mantra penyembuh sawan yang kerap di pakai meskipun perihal ini bukan hanya untuk di terapkan tetapi sekurangnya untuk perbendaharaan pengetahuan mistik.
bunyi mantranya yaitu seperti berikut : glica glici si jabang bayi kedadenane saka duduh peli kricak-kricuk si jabang bayi kedadenane saka duduh turuk, suruh kang ngewuh-ngewuh jambe kang ngawe-ngawe dlingo brambang kang dadi rowang, rep sirep mendapat iduku putih.
prosesi penyembuhan di kerjakan di pelataran rumah, sesudah baca mantra diatas si bayi yang sawanan lalu di tiup keningnya tiga kali, serta di ludahi tiga kali, baik bacaan manta serta prosesi penyembuhan terkesan amat simpel, serta jauh dari periodeuan pemahaman penyembuhan medis, tetapi kenapa leluhur kita dahlu memakai cara itu apalagi hingga saat ini di catat serta di turunkan dan di sampaikan ke anak cucu mereka, barangkali pemahaman pengetahuan medis yang minim atau barangkali didalam lafal mantra terdapat satu kemampuan daya penyembuh yang dayanya sama juga dengan penyembuhan medis, tetapi seluruh mesti kita sadari bagaimanapun juga penyembuhan dengan apa pun yaitu cara, serta siapa tahu yang tidak masuk akal jadi mujarab di gunakan sebagai penyembuhan.
penyembuhan dengan pemijatan, dengan medis tetap dapat di maklumi, bila si dukun memanglah pakar pemijatan, maka ia dapat dapat buka simpul syaraf yang terganggu pada tengkuk bayi tersebut, tetapi yang terkesan unik yaitu ada cara penyembuhan kuno yang memercayakan mantra-mantra, penyembuhan dengan mantra memanglah kerap di lakuakan oleh dukun-dukun masa dahulu, sepintas lantas perihal ini barangkali tidak dapat diterima akal, pasalnya bagaimana barangkali cuma dengan sesuatu mantra serta sesuatu ritual spesial dapat mengobati penyakit sawan, ketidak rasionalan ini penyembuhan itu jadi di pandang unik, bila di sandingkan dengan dunia medis amatlah jauh perbedaannya, tetapi perihal ini cuma dapat di kaji dengan kepercayaan seseorang yang menguasai mantra tersebut, serta yang sangat mutlak sesuatu terapi penyembuhan yaitu dapat mengobati dari pewnderitaan penyakit yang menyerang. tersebut mantra penyembuh sawan yang kerap di pakai meskipun perihal ini bukan hanya untuk di terapkan tetapi sekurangnya untuk perbendaharaan pengetahuan mistik.
bunyi mantranya yaitu seperti berikut : glica glici si jabang bayi kedadenane saka duduh peli kricak-kricuk si jabang bayi kedadenane saka duduh turuk, suruh kang ngewuh-ngewuh jambe kang ngawe-ngawe dlingo brambang kang dadi rowang, rep sirep mendapat iduku putih.
prosesi penyembuhan di kerjakan di pelataran rumah, sesudah baca mantra diatas si bayi yang sawanan lalu di tiup keningnya tiga kali, serta di ludahi tiga kali, baik bacaan manta serta prosesi penyembuhan terkesan amat simpel, serta jauh dari periodeuan pemahaman penyembuhan medis, tetapi kenapa leluhur kita dahlu memakai cara itu apalagi hingga saat ini di catat serta di turunkan dan di sampaikan ke anak cucu mereka, barangkali pemahaman pengetahuan medis yang minim atau barangkali didalam lafal mantra terdapat satu kemampuan daya penyembuh yang dayanya sama juga dengan penyembuhan medis, tetapi seluruh mesti kita sadari bagaimanapun juga penyembuhan dengan apa pun yaitu cara, serta siapa tahu yang tidak masuk akal jadi mujarab di gunakan sebagai penyembuhan.