Bahu laweyan mungkin bagi masyarakat non Jawa khusunys jawa tengah sampai Jawa Timur memang sudah familiar tetapi bagi mereka yang diluar wilayah itu akan asing karena hanya di artikan sebagai mitos. Sebelum berbicara jauh tentang wanita pembawa sial ini, baiknya kita pahami sejarahnya tentang bahu laweyan yang saya rangkum dari berbagai sumber dalam masyarakat .
Kisah ini jauh di masa silam berawal dari kerajaan Pengging mengadakan acara jumenengan(ulang tahun penobatan raja). Raja Pengging saat itu tidak hanya sakti tapi juga memiliki banyak teman. Baik dari golongan manusia sampai golongan jin yang bernama Gandarwa Kurawa. Pada saat jumenengan tersebut semua temannya diundang termasuk si Gandarwa. Dalam acara tersebut. Gandarwa tertarik kepada salah seorang putri yang bernama Dewi Citrasari. Karena dari dunia yang berbeda, si Gandarwa tidak bisa berbuat apa-apa selain sungkan dengan sang Raja yang menjadi sahabatnya.
Tapi yang namanya cinta. Siapapun yang sudah terkena virusnya, akan sulit untuk menolak. Begitupun dengan Gandarwa. Segala cara dan upaya dilakukannya. Dengan kesaktian dan kekuatan yang dia miliki, akhirnya dia bisa melakukan hubungan intin dengan sang putri. Dewi Citrasari pun mengandung benih percampuran antara manusia dan jin. Akhirnya, janin yang dikandungnya lahir. Seorang bayi perempuan dengan membawa tanda khusus yaitu tompel di bahu sebelah kiri dan oleh masyarakat setempat disebut dengan istilah bahu laweyan.
Cara melawan wanita bahu laweyan
Namun sesungguhnya salah satu pujangga besar tanah Jawa Ng Ronggowarsito digambarkan dalam Serat Witaradya karya R konon sesunggunya memang ada, tetapi jumlahnya dapat dihitung dengan jari. Keberadaannya mulai diperhitungkan sejak tahun 921 M saat kejayaan Keraton Pengging Witaradya.
Belajar ilmu rogo roh sukmo untuk melihat wanita bahu laweyan
Secara kasat mata wanita bahu laweyan sulit dibedakan satu sama lain karena memang cirinya kadang tertutup dengan pakain dan sebagainya. Perempuan bahu laweyan mempunyai ciri-ciri pendiam, suka menyendiri dan mempunyai tatapan mata kosong. Selain itu, perempuan bahu laweyan juga kebal terhadap serangan berbagai ilmu hitam, seperti santet, teluh dan sebagainya. Kehidupannya tidak normal, kerena sudah dipengaruhi ssifat-sifat jin jahat. Dan jika dia menikah, siapapun yang menjadi suaminya tidak akan bertahan lama. Karena ketika melakukan hubungan intim, si suami akan meninggal dengan cara yang mengenaskan. Ironisnya sampai saat ini ada sebagian masyarakat yang masih mempercayainya. Oleh karena itu, jika di suatu daerah kedapatan perempuan dengan ciri-ciri tersebut, maka tidak akan ada laki - laki yang mau menikahinya dan dikucilkan. Padahal, setiap manusia yang lahir ke dunia berhak mendapat perlakuan dan penghidupan yang layak.
Ilmu paling ampuh melawan bahu laweyan
Kisah ini jauh di masa silam berawal dari kerajaan Pengging mengadakan acara jumenengan(ulang tahun penobatan raja). Raja Pengging saat itu tidak hanya sakti tapi juga memiliki banyak teman. Baik dari golongan manusia sampai golongan jin yang bernama Gandarwa Kurawa. Pada saat jumenengan tersebut semua temannya diundang termasuk si Gandarwa. Dalam acara tersebut. Gandarwa tertarik kepada salah seorang putri yang bernama Dewi Citrasari. Karena dari dunia yang berbeda, si Gandarwa tidak bisa berbuat apa-apa selain sungkan dengan sang Raja yang menjadi sahabatnya.
Tapi yang namanya cinta. Siapapun yang sudah terkena virusnya, akan sulit untuk menolak. Begitupun dengan Gandarwa. Segala cara dan upaya dilakukannya. Dengan kesaktian dan kekuatan yang dia miliki, akhirnya dia bisa melakukan hubungan intin dengan sang putri. Dewi Citrasari pun mengandung benih percampuran antara manusia dan jin. Akhirnya, janin yang dikandungnya lahir. Seorang bayi perempuan dengan membawa tanda khusus yaitu tompel di bahu sebelah kiri dan oleh masyarakat setempat disebut dengan istilah bahu laweyan.
Cara melawan wanita bahu laweyan
Namun sesungguhnya salah satu pujangga besar tanah Jawa Ng Ronggowarsito digambarkan dalam Serat Witaradya karya R konon sesunggunya memang ada, tetapi jumlahnya dapat dihitung dengan jari. Keberadaannya mulai diperhitungkan sejak tahun 921 M saat kejayaan Keraton Pengging Witaradya.
Belajar ilmu rogo roh sukmo untuk melihat wanita bahu laweyan
Secara kasat mata wanita bahu laweyan sulit dibedakan satu sama lain karena memang cirinya kadang tertutup dengan pakain dan sebagainya. Perempuan bahu laweyan mempunyai ciri-ciri pendiam, suka menyendiri dan mempunyai tatapan mata kosong. Selain itu, perempuan bahu laweyan juga kebal terhadap serangan berbagai ilmu hitam, seperti santet, teluh dan sebagainya. Kehidupannya tidak normal, kerena sudah dipengaruhi ssifat-sifat jin jahat. Dan jika dia menikah, siapapun yang menjadi suaminya tidak akan bertahan lama. Karena ketika melakukan hubungan intim, si suami akan meninggal dengan cara yang mengenaskan. Ironisnya sampai saat ini ada sebagian masyarakat yang masih mempercayainya. Oleh karena itu, jika di suatu daerah kedapatan perempuan dengan ciri-ciri tersebut, maka tidak akan ada laki - laki yang mau menikahinya dan dikucilkan. Padahal, setiap manusia yang lahir ke dunia berhak mendapat perlakuan dan penghidupan yang layak.
Ilmu paling ampuh melawan bahu laweyan