Tak banyak bisa dilakukan jika kita terlalu sibuk dengankehidupan duniawi, apalgi dengan modernisasi sebagai godaan terhebat dalam kehidupan manusia saat ini hampir hampir mustahil. Manusia sebenarnya mahkluk paling sempurna sehingga untuk mencapai kesempurnaan sebagai seorang berahklak muli dan tinggi bukan hal yang sulit . Kenapa ? karena dasar kita yang memang sudah sempurna diciptakan Allah SWT yang tak dimilki oleh mahkluk lain. Tetapi kesempurnaan itu kadang juga menimbulkan celah sehingga membuatkita nista sebagai mahkluk paling rendah derajatnya.
Manusia pada dasarnya dituntut 2 pilihan dalam proses pencapaian rohani atau diri pribadi yang tinggi, yaitu memilih jalan luhur atau memilih jalan pintas (pilihan tersebut harus dipilih dengan ketegaran dan kewaspadaan akan peranan jin dalam menghasut manusia). Babahan Hawa Sanga mengajarkan manusia kejawen untuk memilih jalan luhur dan selalu waspada dengan jalan pintas yang ditawarkan jin. Jin sangat lihai dalam mengelabuhi bahkan terkadang menggunakan bujukan kasih sayang. Namun pada akhirnya terjadi sengsara. Perlu diketahui, jika kewaspadaan lengah dan manusia terhasut maka kegiatan rohani Babahan Hawa Sanga mengarah pada pelampiasan hawa nafsu duniawi, seperti ingin sakti mandraguna agar dapat kepercayaan dan diakui oleh sesama.
Nafsu adalah musuh terdekat dan terbesarmanusia ketika sudah diajdikan seorang pemimpin di alam nyata ini, bahkan malaikatpun mengakui bahwa menjadi manusia adalah hal terberat dalam perjuangannya sebagai mahkluk yang menyembah Allah SWT. dalam keseharaian kita selalu bersinggungan dengan kepentingan makluk lain baik itu yang terlihat maupun tidak terlihat.
Sedangkan jiwa pikiran diteguhkan keyakinannya agar selalu tunduk, sujud dan hormat kepada Sang Pencipta. Kesetiaan dan kepasrahan dibina, kemudian direalisasikan di lingkungan keluarga, lingkungan kerja maupun lingkungan sosial. Realisasi tersebut bermaksud untuk menguji kesetiaan yang penuh ikhlas dan rela pasrah. Salah satu cara yang diuji adalah melakukan pelayanan penyembuhan bagi yang membutuhkan. Jika sudah memiliki energi prana yang besar dan lebih, kenapa tidak disumbangkan bagi yang membutuhkan. Itulah dasar-dasar menguji kesetiaan jiwa pikiran kita terhadap Sang Pencipta. Kita akan mengeluh tidak ataukah kalau sudah mampu menyembuhkan apakah kita akan menyumbangkan diri atau angkuh? Jelasnya, keteguhan jiwa pikiran ini terhadap Sang Pencipta sebagai perwujudan titah Sang Pencipta atas hubungan horisontal, yaitu hubungan baik dengan sesama manusia dan sesama makhluk semesta. Ibadah ini disebut tarekat.
Pengenalan diri dan melatih hidup dengan keiklasan akan sangat sulit tercapai jika kita tidak mengenal diri sendiri dan juga pusat dari diri kita, yaitu hati. Hati sangat berperan besar dalam kaitannya dengan menerima dengan lapang dada dan juga iklas. karea iklas adalah perbuatan hati yang sangat sulit diukur dengan barometer apapun didunia ini.
Manusia pada dasarnya dituntut 2 pilihan dalam proses pencapaian rohani atau diri pribadi yang tinggi, yaitu memilih jalan luhur atau memilih jalan pintas (pilihan tersebut harus dipilih dengan ketegaran dan kewaspadaan akan peranan jin dalam menghasut manusia). Babahan Hawa Sanga mengajarkan manusia kejawen untuk memilih jalan luhur dan selalu waspada dengan jalan pintas yang ditawarkan jin. Jin sangat lihai dalam mengelabuhi bahkan terkadang menggunakan bujukan kasih sayang. Namun pada akhirnya terjadi sengsara. Perlu diketahui, jika kewaspadaan lengah dan manusia terhasut maka kegiatan rohani Babahan Hawa Sanga mengarah pada pelampiasan hawa nafsu duniawi, seperti ingin sakti mandraguna agar dapat kepercayaan dan diakui oleh sesama.
Nafsu adalah musuh terdekat dan terbesarmanusia ketika sudah diajdikan seorang pemimpin di alam nyata ini, bahkan malaikatpun mengakui bahwa menjadi manusia adalah hal terberat dalam perjuangannya sebagai mahkluk yang menyembah Allah SWT. dalam keseharaian kita selalu bersinggungan dengan kepentingan makluk lain baik itu yang terlihat maupun tidak terlihat.
Sedangkan jiwa pikiran diteguhkan keyakinannya agar selalu tunduk, sujud dan hormat kepada Sang Pencipta. Kesetiaan dan kepasrahan dibina, kemudian direalisasikan di lingkungan keluarga, lingkungan kerja maupun lingkungan sosial. Realisasi tersebut bermaksud untuk menguji kesetiaan yang penuh ikhlas dan rela pasrah. Salah satu cara yang diuji adalah melakukan pelayanan penyembuhan bagi yang membutuhkan. Jika sudah memiliki energi prana yang besar dan lebih, kenapa tidak disumbangkan bagi yang membutuhkan. Itulah dasar-dasar menguji kesetiaan jiwa pikiran kita terhadap Sang Pencipta. Kita akan mengeluh tidak ataukah kalau sudah mampu menyembuhkan apakah kita akan menyumbangkan diri atau angkuh? Jelasnya, keteguhan jiwa pikiran ini terhadap Sang Pencipta sebagai perwujudan titah Sang Pencipta atas hubungan horisontal, yaitu hubungan baik dengan sesama manusia dan sesama makhluk semesta. Ibadah ini disebut tarekat.
Pengenalan diri dan melatih hidup dengan keiklasan akan sangat sulit tercapai jika kita tidak mengenal diri sendiri dan juga pusat dari diri kita, yaitu hati. Hati sangat berperan besar dalam kaitannya dengan menerima dengan lapang dada dan juga iklas. karea iklas adalah perbuatan hati yang sangat sulit diukur dengan barometer apapun didunia ini.