Manusia pada dasarnya bersifak baik tetapi karena banyaknya hal buruk yang kadangterpicu dari sebuah kebutuhan membuat kita sering lupa dengan keberadaan kita sebagai mahkluk manusia yang berkewajiban untuk berhubungan langsung dengan sang penciptanya, Dalam hal ini adalah Allah SWT.
Dan dari seluruh bagain tubuh yang paling punya andil besar dalam membuat hidup kita bahagia atau pun sebaliknya adalah "hati". SDegumpal daging yang bisa sangat berbahaya tetapi juga bisa sangat mulai jika dikehendaki oleh manusianya menjadi baik.Dan untuk membersihkan hati kita dari segala dosa baik itu yang sudah terlaksana ataupun dosa dosa yang mungkin akan terjadi dikemudian hati, kita bisa berdzikir. Rasulullah bersabda “ Sesungguhnya hati itu berkarat sebagaimana besi berkarat. Cara membersihkannya adalah dengan mengingat Allah [dzikrullah] ”
“ Qalbu berkarat karena dua hal yaitu lalai dan dosa. Dan pembersihnyapun dengan dua hal yaitu istighfar dan dzikrullah” [HR.Ibnu Ab’id dun ya Al-Baihaqi]
“[yaitu] Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah hanya dengan dzikir hati menjadi tentram.” [Ar-Ra’d : 28]
“ Karena itu ingatlah kepadaKu, niscaya Aku akan ingat kepadamu.. [Al-Baqarah : 152] “Maka apabila kamu telah selesai shalat, ingatlah Allah di waktu berdiri,duduk dan di kala berbaring.”[An-Nisa:103]
“Katakanlah olehmu,” Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kalian seru, Dia mempunyai Al-Asmaul Husna (nama-nama yang terbaik).. [Al-Isra : 110]
Berbekallah untuk hari yang sudah pasti. Sesungguhnya kematian adalah muaranya manusia. Relakah dirimu menyertai segolongan orang.. Mereka membawa bekal sedang tanganmu hampa?
Selain dzikir Asmaul Husna kita juga bisa denganbanyak melakukan segala macam ketaatan dan meninggalkan segala bentuk kemaksiatan. Seandainya kita diberi minuman di gelas berisikan air cuka, garam, terasi, saos tomat dan sambal tentu kita tidak akan meminumnya. Tapi jika gelas yang berisikan air yang kotor tadi kita alirkan air mineral yang bening dan sehat dari dispenser maka semakin banyak air mineral tadi kita alirkan ke gelas tersebut, kotoran di gelas akan keluar. Hasilnya, air di gelas tersebut bening dan bersih, siap untuk diminum menghilangkan dahaga.
Wahai saudara-saudaraku, hati ini bagaikan gelas atau nampan yang berisikan kotoran dunia. Allah Subhanahu Wata’ala memberikan kepada kita empat keran untuk membersihkan gelas tersebut. Empat keran yaitu mata, telinga, lisan dan pikiran. Anda melihat dunia, mendengar tentang dunia, berbicara tentang dunia dan berpikir tentang dunia sehingga jadilah hati ini cenderung kepada dunia.
Dzikrullah itu dapat dilakukan, maka kesannya sangat mendalam kepada hati. Sekurang-kurang hati akan dapat merasakan empat perkara:
Rasa kehambaan.
Rasa bertuhan.
Memahami maksud takdir.
Mendapat hikmah di sebalik ujian.
Hati adalah sumber dari segala-galanya dalam hidup kita, agar kehidupan kita baik dan benar, maka kita perlu menjaga kebersihan hati kita. Jangan sampai hati kita kotori dengan hal-hal yang dapat merosak kehidupan kita apalagi sampai merosak kebahagiaan hidup kita di dunia ini dan di akhirat nanti. Untuk menjaga kebersihan hati maka kita juga perlu untuk menjaga penglihatan, pendengaran, fikiran, ucapan kita dari hal-hal yang dilarang oleh Allah SWT. Dengan menjaga hal-hal tersebut kita dapat menjaga kebersihan hati kita. Dengan hati yang bersih kita gapai kebahagiaan dunia dan akhirat.
Rasa kehambaan.
Rasa kehambaan ialah rasa yang perlu ada di dalam hati seorang hamba Allah terhadap Tuhan-Nya. Antara rasa itu ialah rasa miskin, jahil, lemah, bersalah, hina dan lain-lain lagi. Bila diuji dengan kesakitan, kemiskinan, cercaan misalnya, seorang yang memiliki rasa kehambaan nampak segala-galanya itu datang daripada Allah. Firman Allah:
“Katakanlah (Muhammad), tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah bagi kami. Dialah pelindung kami, dan hanya kepada Allah bertawakal orang-orang yang beriman.” At Taubah: 51
Seorang hamba akan pasrah dan merasakan bahawa dia wajar diuji. Bukankah dia seorang hamba? Dia akur dengan apa yang berlaku dan tidak mempersoalkan mengapa aku yang diuji? Kenapa aku, bukan orang lain? Ini samalah dengan mempersoalkan Allah yang mendatangkan ujian itu. Menerima hakikat bahawa kita layak diuji akan menyebabkan hati menjadi tenang. Jika kita “memberontak” hati akan bertambah kacau.
Imam Ghazali rhm pernah menyatakan bahawa cukuplah seseorang hamba dikatakan sudah “memberontak” kepada Tuhannya apabila dia menukar kebiasaan-kebiasaan dalam hidupnya apabila diuji Allah dengan sesuatu yang tidak disukainya. Misalnya, dia tidak lalu mahu makan-minum secara teratur, tidak mandi, tidak menyisir rambut, tidak berpakaian kemas, tidak mengemaskan misai dan janggut dan lain-lain yang menjadi selalunya menjadi rutin hidupnya. Ungkapan mandi tak basah, tidur tak lena, makan tak kenyang adalah satu “demonstrasi” seorang yang sudah tercabut rasa kehambaannya apabila diuji.
Bila ditimpa ujian kita diajar untuk mengucapkan kalimah istirja’ – innalillah wa inna ilaihi rajiun. Firman Allah:
“…Iaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-nyalah kami kembali.” Al baqarah 156
Mengapa kita diperintahkan mengucapkan istirja’? Kalimah ini sebenarnya mengingatkan kita agar kembali merasakan rasa kehambaan. Bahawa kita adalah hamba milik Allah dan kepada-Nya kita akan dikembalikan. Kita layak, patut dan mesti diuji kerana kita hamba, bukan tuan apalagi Tuhan dalam hidup ini.
Dan dari seluruh bagain tubuh yang paling punya andil besar dalam membuat hidup kita bahagia atau pun sebaliknya adalah "hati". SDegumpal daging yang bisa sangat berbahaya tetapi juga bisa sangat mulai jika dikehendaki oleh manusianya menjadi baik.Dan untuk membersihkan hati kita dari segala dosa baik itu yang sudah terlaksana ataupun dosa dosa yang mungkin akan terjadi dikemudian hati, kita bisa berdzikir. Rasulullah bersabda “ Sesungguhnya hati itu berkarat sebagaimana besi berkarat. Cara membersihkannya adalah dengan mengingat Allah [dzikrullah] ”
“ Qalbu berkarat karena dua hal yaitu lalai dan dosa. Dan pembersihnyapun dengan dua hal yaitu istighfar dan dzikrullah” [HR.Ibnu Ab’id dun ya Al-Baihaqi]
“[yaitu] Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah hanya dengan dzikir hati menjadi tentram.” [Ar-Ra’d : 28]
“ Karena itu ingatlah kepadaKu, niscaya Aku akan ingat kepadamu.. [Al-Baqarah : 152] “Maka apabila kamu telah selesai shalat, ingatlah Allah di waktu berdiri,duduk dan di kala berbaring.”[An-Nisa:103]
“Katakanlah olehmu,” Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kalian seru, Dia mempunyai Al-Asmaul Husna (nama-nama yang terbaik).. [Al-Isra : 110]
Berbekallah untuk hari yang sudah pasti. Sesungguhnya kematian adalah muaranya manusia. Relakah dirimu menyertai segolongan orang.. Mereka membawa bekal sedang tanganmu hampa?
Selain dzikir Asmaul Husna kita juga bisa denganbanyak melakukan segala macam ketaatan dan meninggalkan segala bentuk kemaksiatan. Seandainya kita diberi minuman di gelas berisikan air cuka, garam, terasi, saos tomat dan sambal tentu kita tidak akan meminumnya. Tapi jika gelas yang berisikan air yang kotor tadi kita alirkan air mineral yang bening dan sehat dari dispenser maka semakin banyak air mineral tadi kita alirkan ke gelas tersebut, kotoran di gelas akan keluar. Hasilnya, air di gelas tersebut bening dan bersih, siap untuk diminum menghilangkan dahaga.
Wahai saudara-saudaraku, hati ini bagaikan gelas atau nampan yang berisikan kotoran dunia. Allah Subhanahu Wata’ala memberikan kepada kita empat keran untuk membersihkan gelas tersebut. Empat keran yaitu mata, telinga, lisan dan pikiran. Anda melihat dunia, mendengar tentang dunia, berbicara tentang dunia dan berpikir tentang dunia sehingga jadilah hati ini cenderung kepada dunia.
Dzikrullah itu dapat dilakukan, maka kesannya sangat mendalam kepada hati. Sekurang-kurang hati akan dapat merasakan empat perkara:
Rasa kehambaan.
Rasa bertuhan.
Memahami maksud takdir.
Mendapat hikmah di sebalik ujian.
Hati adalah sumber dari segala-galanya dalam hidup kita, agar kehidupan kita baik dan benar, maka kita perlu menjaga kebersihan hati kita. Jangan sampai hati kita kotori dengan hal-hal yang dapat merosak kehidupan kita apalagi sampai merosak kebahagiaan hidup kita di dunia ini dan di akhirat nanti. Untuk menjaga kebersihan hati maka kita juga perlu untuk menjaga penglihatan, pendengaran, fikiran, ucapan kita dari hal-hal yang dilarang oleh Allah SWT. Dengan menjaga hal-hal tersebut kita dapat menjaga kebersihan hati kita. Dengan hati yang bersih kita gapai kebahagiaan dunia dan akhirat.
Rasa kehambaan.
Rasa kehambaan ialah rasa yang perlu ada di dalam hati seorang hamba Allah terhadap Tuhan-Nya. Antara rasa itu ialah rasa miskin, jahil, lemah, bersalah, hina dan lain-lain lagi. Bila diuji dengan kesakitan, kemiskinan, cercaan misalnya, seorang yang memiliki rasa kehambaan nampak segala-galanya itu datang daripada Allah. Firman Allah:
“Katakanlah (Muhammad), tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah bagi kami. Dialah pelindung kami, dan hanya kepada Allah bertawakal orang-orang yang beriman.” At Taubah: 51
Seorang hamba akan pasrah dan merasakan bahawa dia wajar diuji. Bukankah dia seorang hamba? Dia akur dengan apa yang berlaku dan tidak mempersoalkan mengapa aku yang diuji? Kenapa aku, bukan orang lain? Ini samalah dengan mempersoalkan Allah yang mendatangkan ujian itu. Menerima hakikat bahawa kita layak diuji akan menyebabkan hati menjadi tenang. Jika kita “memberontak” hati akan bertambah kacau.
Imam Ghazali rhm pernah menyatakan bahawa cukuplah seseorang hamba dikatakan sudah “memberontak” kepada Tuhannya apabila dia menukar kebiasaan-kebiasaan dalam hidupnya apabila diuji Allah dengan sesuatu yang tidak disukainya. Misalnya, dia tidak lalu mahu makan-minum secara teratur, tidak mandi, tidak menyisir rambut, tidak berpakaian kemas, tidak mengemaskan misai dan janggut dan lain-lain yang menjadi selalunya menjadi rutin hidupnya. Ungkapan mandi tak basah, tidur tak lena, makan tak kenyang adalah satu “demonstrasi” seorang yang sudah tercabut rasa kehambaannya apabila diuji.
Bila ditimpa ujian kita diajar untuk mengucapkan kalimah istirja’ – innalillah wa inna ilaihi rajiun. Firman Allah:
“…Iaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-nyalah kami kembali.” Al baqarah 156
Mengapa kita diperintahkan mengucapkan istirja’? Kalimah ini sebenarnya mengingatkan kita agar kembali merasakan rasa kehambaan. Bahawa kita adalah hamba milik Allah dan kepada-Nya kita akan dikembalikan. Kita layak, patut dan mesti diuji kerana kita hamba, bukan tuan apalagi Tuhan dalam hidup ini.