Keris adalah senjata tikam golongan belati (berujung runcing dan tajam pada kedua sisinya) dengan banyak fungsi budaya yang dikenal di kawasan Nusantara bagian barat dan tengah. Bentuknya khas dan mudah dibedakan dari senjata tajam lainnya karena tidak simetris di bagian pangkal yang melebar, seringkali bilahnya berkelok-kelok, dan banyak di antaranya memiliki pamor (damascene), yaitu terlihat serat-serat lapisan logam cerah pada helai bilah. Jenis senjata tikam yang memiliki kemiripan dengan keris adalah badik. Senjata tikam lain asli Nusantara adalah kerambit.
Pada masa lalu keris berfungsi sebagai senjata dalam duel/peperangan,sekaligus sebagai benda pelengkap sesajian. Pada penggunaan masa kini, keris lebih merupakan benda aksesori (ageman) dalam berbusana, memiliki sejumlah simbol budaya, atau menjadi benda koleksi yang dinilai dari segi estetikanya.
Penggunaan keris tersebar pada masyarakat penghuni wilayah yang pernah terpengaruh oleh Majapahit, seperti Jawa, Madura, Nusa Tenggara, Sumatera, pesisir Kalimantan, sebagian Sulawesi, Semenanjung Malaya, Thailand Selatan, dan Filipina Selatan (Mindanao). Keris Mindanao dikenal sebagai kalis. Keris di setiap daerah memiliki kekhasan sendiri-sendiri dalam penampilan, fungsi, teknik garapan, serta peristilahan.
jika dilihat dari teknik pembuatan pamor keris dapat dikelompokkan menjadi pamor mlumah, pamor miring, dan pamor puntiran.
Dan kalaupun toh saya menulis ini bukan berarti saya mengerti benar tentang hal tersebut, melainkan berdasarkan informasi yang saya dapatkan dari seorang teman yang baru saja ketemu dengan seorang mantan panjak keris (pembantu empu keris), dan bersedia menceritakan pengalamannya.
Intinya, kalau teknik pembuatan pamor banyu mili, ngulit semangka.... menurut mantan panjak keris ini, relatif lebih mudah karena teknik pembuatannya dapat dikelompokkan pada teknik pembuatan pamor mlumah....hanya melipat berkali-kali besi dan bahan pamor yang telah di masukkan didalam lipatannya bahan pamor keris.
Yang lebih sulit dari pamor semacam banyu mili, ngulit semangka adalah teknik pembuatan pamor sodo lanang, pancuran mas dan tejo kinurung karena menggunakan tekknik pamor miring. Setelah bahan pamor dimasukkan dan dilipat beberapa kali, dilakukan penempaan pada bagian miring, sehingga andai kata kita punya kekuatan untuk melipat keris seperti melipat tanah liat, maka akan dapat kita belah menjadi dua bagian keris memanjang dari bagian ujung (atas) keris dan bagian sor soran (bawah) keris.
Nah, kalau ingin membuat pamor blarak sineret, setelah apa yang dilakukan dua jenis teknik pembuatan keris diatas, bagian yang miring ini ditempa lagi sehingga muncul pamor blarak sineret.
Intinya, untuk membuat pamor blarak sineret, tingkat kesulitan pengerjaannya relatih lebih rumit dan memerlukan waktu yang panjang.
Hal inilah mengapa, keris pamor blarak sineret, meskipun itu sama sekali baru jika kita memesan akan mahal, karena dengan sendirinya jika dilihat tetang kesulitan tingkat pengerjaannya, dan sering kali kita lihat mahar pamor 2 kali lipat atau lebih jika dibandingkan pamor umum lainnya.
Pada masa lalu keris berfungsi sebagai senjata dalam duel/peperangan,sekaligus sebagai benda pelengkap sesajian. Pada penggunaan masa kini, keris lebih merupakan benda aksesori (ageman) dalam berbusana, memiliki sejumlah simbol budaya, atau menjadi benda koleksi yang dinilai dari segi estetikanya.
Penggunaan keris tersebar pada masyarakat penghuni wilayah yang pernah terpengaruh oleh Majapahit, seperti Jawa, Madura, Nusa Tenggara, Sumatera, pesisir Kalimantan, sebagian Sulawesi, Semenanjung Malaya, Thailand Selatan, dan Filipina Selatan (Mindanao). Keris Mindanao dikenal sebagai kalis. Keris di setiap daerah memiliki kekhasan sendiri-sendiri dalam penampilan, fungsi, teknik garapan, serta peristilahan.
jika dilihat dari teknik pembuatan pamor keris dapat dikelompokkan menjadi pamor mlumah, pamor miring, dan pamor puntiran.
Dan kalaupun toh saya menulis ini bukan berarti saya mengerti benar tentang hal tersebut, melainkan berdasarkan informasi yang saya dapatkan dari seorang teman yang baru saja ketemu dengan seorang mantan panjak keris (pembantu empu keris), dan bersedia menceritakan pengalamannya.
Intinya, kalau teknik pembuatan pamor banyu mili, ngulit semangka.... menurut mantan panjak keris ini, relatif lebih mudah karena teknik pembuatannya dapat dikelompokkan pada teknik pembuatan pamor mlumah....hanya melipat berkali-kali besi dan bahan pamor yang telah di masukkan didalam lipatannya bahan pamor keris.
Yang lebih sulit dari pamor semacam banyu mili, ngulit semangka adalah teknik pembuatan pamor sodo lanang, pancuran mas dan tejo kinurung karena menggunakan tekknik pamor miring. Setelah bahan pamor dimasukkan dan dilipat beberapa kali, dilakukan penempaan pada bagian miring, sehingga andai kata kita punya kekuatan untuk melipat keris seperti melipat tanah liat, maka akan dapat kita belah menjadi dua bagian keris memanjang dari bagian ujung (atas) keris dan bagian sor soran (bawah) keris.
Nah, kalau ingin membuat pamor blarak sineret, setelah apa yang dilakukan dua jenis teknik pembuatan keris diatas, bagian yang miring ini ditempa lagi sehingga muncul pamor blarak sineret.
Intinya, untuk membuat pamor blarak sineret, tingkat kesulitan pengerjaannya relatih lebih rumit dan memerlukan waktu yang panjang.
Hal inilah mengapa, keris pamor blarak sineret, meskipun itu sama sekali baru jika kita memesan akan mahal, karena dengan sendirinya jika dilihat tetang kesulitan tingkat pengerjaannya, dan sering kali kita lihat mahar pamor 2 kali lipat atau lebih jika dibandingkan pamor umum lainnya.