Kesatuan laku dan tirakat melalui rasa yang hening dan serasi dengan apa kehendak sang pencipta sehingga bisa berbuat baik. laku yang dilandasi keiklasan untuk menempuh hidup yang baik di muka bumi bisa jadi itu adalah laku kebatinan yang banyak disebut orang tetapi prematur dalam mengamalkannya.
Entah dalam lelakonnya timbul hal yang enak maupun tidak , itu bukan ha;angan yang bisa menghentikan para pelaku kebatinan. Pengalaman puncak pelaku kebatinan/ spiritualis adalah kenyataan bahwa dirinya sebagai kawulo berada dalam hubungan serasi dengan Gusti, Tuhan.
Istilah populernya adalah :
Jumbuhing kawulo Gusti - Hubungan serasi kawulo Gusti
Manunggaling kawulo Gusti - Manunggalnya kawulo Gusti
Pamore kawulo Gusti -Bersatunya kawulo Gusti
Yang intinya berarti : Seorang anak manusia telah berada dikehidupan sejati dalam lindungan keagungan Tuhan.
Batin itu luas dan dalam
Dengan pengertian dasar seperti diatas, maka yang termasuk lahir adalah apa saja yang kelihatan oleh mata, sedangkan yang tidak kelihatan termasuk ranah batin.
Pandangan yang ditangkap mata juga ada dua.
Pertama : Yang bisa dilihat oleh mata lahir, mata biasa.
Kedua : Ada orang yang tajam mata batinnya, sehingga mampu melihat yang oleh kebanyakan orang disebut gaib.
Perlu diketahui bahwa setiap orang secara alami,dari “ sononya” juga dilengkapi, memiliki mata batin. Itu anugerah Tuhan, bukan takhayul!
Tetapi kemampuan fungsi mata batin, sejak anak kecil telah dikalahkan oleh logika, yang ditanamkan oleh orang tua dan pergaulan umum.
Tidak hanya mata batin yang ditutup; kepekaan otak , rasa dan indra yang lain , juga ditutup.
Jadi yang terjadi sesungguhnya,kepekaan mata batin, otak batin, rasa batin , itu tidak hilang, hanya sengaja ditutup atau dihalangi atau tidak dikembangkan. Alasannya : Tidak sesuai dengan logika.
Oleh karena perangkat-perangkat batin secara alami dan sah dimiliki setiap manusia, maka hal tersebut tak bisa dihilangkan. Sekali lagi, yang terjadi hanyalah fungsinya tidak dihidupkan.
Seorang manusia yang terbuka mata lahir dan batinnya, tetap berfungsi otak dan rasa batinnya, dia bisa melihat dan memahami yang kelihatan dan “ yang tidak kelihatan”.
Sehingga yang disebut dunia nyata itu relatif. Ini tidak perlu diperdebatkan.
Kesimpulannya sebagai berikut :
Bagi saudara-saudara kita yang fungsi perangkat-perangkat batinnya tidak diaktifkan, dibiarkan tertutup, yang dilihat adalah yang nyata secara konkrit. Itu bagus, wajib bersyukur kepada Tuhan, karena mempunyai mata, otak dan panca indra normal yang berfungsi bagus.
Sementara itu, saudara-saudara kita yang perangkat-perangkatnya berfungsi lahir batin, mampu melihat dan mengetahui bahwa kenyataan itu terdiri dari dua hal, yaitu :
Yang nyata bagi setiap orang ditambah “ yang tidak kelihatan”
Ini sebenarnya hal yang normal saja, katakanlah bahwa orang tersebut memanfaatkan sepenuhnya karunia yang diberikan oleh Tuhan.
Itulah hebatnya Ilmu Kebatinan Tingkat Tinggi yang mereka miliki,yang jarang diajarkan didepan masyarakat umum karena memang sangat wigati(penting),wingit(rahasia)menurut paham mereka, dan mereka tidak mau tersaingi derajad kehidupannya.Dan orang-orang seperti ini sangat nguwalati(bertuah) setiap ucapannya akan terwujud,makanya disebut dengan kasta brahmana raja.Seorang brahmana setiap ucapannya akan menjadi kenyataan,demikian juga setiap ucapan raja juga mengandung makna yang sama yaitu setiap yang disabdakan akan menjadi kenyataan.
Namun jaman telah berubah,dan rahasia itu sekarang digelar untuk umum bagi yang percaya dan mau menjalankannya dengan sungguh-sungguh.Namun syaratnya tidak ringan yaitu harus rajin mengasah ilmu kebatinannya setiap hari,juga bersikap jujur,nah kalimat yang satu ini yang jarang orang kuat membawanya yaitu harus jujur,apalagi dijaman sekarang ini yang notaben orangnya lebih mempercayai logika,yang suka mengotak atik,merekayasa apa saja agar bisa dia miliki,yang lebih percaya kepada akal fikir.Karena sifat batin kita itu jujur,kalau tidak jujur doa kita,ucapan kita tidak bertuah.
Perilaku kebatinan (misalnya kejawen) yang dilakukan oleh seseorang yang beragama, seringkali memang dipertentangkan orang, dianggap bertentangan dengan agama, atau bahkan dianggap sebagai aliran / ajaran yang bisa merusak keimanan seseorang. Padahal, penghayatan kebatinan pada dasarnya adalah pemahaman dan penghayatan kepercayaan manusia terhadap Tuhan. Penghayatan ketuhanan itu bukanlah agama, tetapi seseorang beragama yang menjalaninya, justru bisa mendapatkan pemahaman yang dalam tentang agamanya dan Tuhan setelah mempelajari kebatinan tersebut, dan seseorang bisa mendapatkan pencerahan tentang agamanya, walaupun pencerahan itu didapatkannya dari luar agamanya.
Perilaku berkebatinan, termasuk kebatinan agama, apapun agama dan kepercayaannya, baik sekali dilakukan, supaya seseorang mengerti betul ajaran yang dianutnya, supaya tidak dangkal pemahamannya atau hanya ikut-ikutan saja, tetapi materi kebatinannya harus diperhatikan dan di-"filter", dan memiliki kebijaksanaan untuk memilih yang baik dan membuang yang tidak baik, sehingga kemudian dapat menjadi pribadi yang mengerti agama dan kepercayaannya dengan benar dan mendalam, tidak mudah dibodohi atau dihasut, apalagi hanya ikut-ikutan.
Memang perlu bahwa manusia memiliki suatu keyakinan atau prinsip hidup yang kuat sebagai bagian dari kepribadian yang kuat. Dan para penganut agama / kepercayaan yang tekun mendalami kebatinan agama dan kepercayaannya akan memiliki keyakinan dan kekuatan batin yang lebih, dibandingkan yang hanya menjalani kepercayaannya secara formalitas saja, apalagi dibandingkan yang mengabaikannya.
Sebenarnya sisi kebatinan ada dalam semua aspek kehidupan, bukan hanya ada dalam keilmuan kebatinan atau kepercayaan / keagamaan, dan menjadi bagian dari kepribadian seseorang. Tetapi yang menambah nilai pada kekuatan kebatinan adalah suatu keyakinan terhadap sesuatu hal dan keyakinan itu konsisten dijalaninya sepenuh hati dalam hidupnya. Dan bila keyakinan itu konsisten dijalaninya, semakin banyak godaan/gangguan, akan semakin bertambah kekuatan batinnya.
Sisi kebatinan itu akan menambah kekuatan batin seseorang bila dilandasi sikap keyakinan di dalamnya dan dilaksanakan sepenuh hati dalam kehidupannya sehari-hari. Kalau tidak begitu, itu hanya akan menjadi sebuah konsep atau prinsip hidup, tetapi tidak menambah nilai kebatinannya. Dan yang jelas berpengaruh sekali pada kekuatan batin adalah keyakinan yang dominan dalam kehidupan seseorang, seperti ketekunan dan keyakinan pada agama, atau keyakinan kepercayaan kerohanian, atau keyakinan pada suatu keilmuan.
Kekuatan batin dan kegaiban kebatinan tidak perlu dicari kemana-mana. Kekuatan batin dan kegaiban kebatinan sebenarnya berasal dari diri sendiri, dari sesuatu yang kita yakini, dan sugesti keyakinan itu akan menciptakan suatu kegaiban tersendiri. Kita sendiri bisa mengalaminya. Misalnya dalam kehidupan kita beragama, cukup satu saja firman atau sabda dalam ajaran agama kita hayati maknanya, kita imani dan kita perdalam dengan dibaca berulang-ulang (atau diwirid) dengan penghayatan. Penghayatan kita itu kita pegang teguh dalam kehidupan sehari-hari, sehingga menyatu dan mengisi hati dan batin kita. Setelah itu kita akan dapat merasakan adanya rasa kegaiban tersendiri, kekuatan batin tersendiri, dan itu hanya kita sendiri yang menjalaninya saja yang tahu dan merasakannya. Seberapa kuat penghayatan kita itu dan seberapa dalam keyakinan keimanan kita itu akan menciptakan suatu kekuatan batin dan kegaiban tersendiri.
Entah dalam lelakonnya timbul hal yang enak maupun tidak , itu bukan ha;angan yang bisa menghentikan para pelaku kebatinan. Pengalaman puncak pelaku kebatinan/ spiritualis adalah kenyataan bahwa dirinya sebagai kawulo berada dalam hubungan serasi dengan Gusti, Tuhan.
Istilah populernya adalah :
Jumbuhing kawulo Gusti - Hubungan serasi kawulo Gusti
Manunggaling kawulo Gusti - Manunggalnya kawulo Gusti
Pamore kawulo Gusti -Bersatunya kawulo Gusti
Yang intinya berarti : Seorang anak manusia telah berada dikehidupan sejati dalam lindungan keagungan Tuhan.
Batin itu luas dan dalam
Dengan pengertian dasar seperti diatas, maka yang termasuk lahir adalah apa saja yang kelihatan oleh mata, sedangkan yang tidak kelihatan termasuk ranah batin.
Pandangan yang ditangkap mata juga ada dua.
Pertama : Yang bisa dilihat oleh mata lahir, mata biasa.
Kedua : Ada orang yang tajam mata batinnya, sehingga mampu melihat yang oleh kebanyakan orang disebut gaib.
Perlu diketahui bahwa setiap orang secara alami,dari “ sononya” juga dilengkapi, memiliki mata batin. Itu anugerah Tuhan, bukan takhayul!
Tetapi kemampuan fungsi mata batin, sejak anak kecil telah dikalahkan oleh logika, yang ditanamkan oleh orang tua dan pergaulan umum.
Tidak hanya mata batin yang ditutup; kepekaan otak , rasa dan indra yang lain , juga ditutup.
Jadi yang terjadi sesungguhnya,kepekaan mata batin, otak batin, rasa batin , itu tidak hilang, hanya sengaja ditutup atau dihalangi atau tidak dikembangkan. Alasannya : Tidak sesuai dengan logika.
Oleh karena perangkat-perangkat batin secara alami dan sah dimiliki setiap manusia, maka hal tersebut tak bisa dihilangkan. Sekali lagi, yang terjadi hanyalah fungsinya tidak dihidupkan.
Seorang manusia yang terbuka mata lahir dan batinnya, tetap berfungsi otak dan rasa batinnya, dia bisa melihat dan memahami yang kelihatan dan “ yang tidak kelihatan”.
Sehingga yang disebut dunia nyata itu relatif. Ini tidak perlu diperdebatkan.
Kesimpulannya sebagai berikut :
Bagi saudara-saudara kita yang fungsi perangkat-perangkat batinnya tidak diaktifkan, dibiarkan tertutup, yang dilihat adalah yang nyata secara konkrit. Itu bagus, wajib bersyukur kepada Tuhan, karena mempunyai mata, otak dan panca indra normal yang berfungsi bagus.
Sementara itu, saudara-saudara kita yang perangkat-perangkatnya berfungsi lahir batin, mampu melihat dan mengetahui bahwa kenyataan itu terdiri dari dua hal, yaitu :
Yang nyata bagi setiap orang ditambah “ yang tidak kelihatan”
Ini sebenarnya hal yang normal saja, katakanlah bahwa orang tersebut memanfaatkan sepenuhnya karunia yang diberikan oleh Tuhan.
Itulah hebatnya Ilmu Kebatinan Tingkat Tinggi yang mereka miliki,yang jarang diajarkan didepan masyarakat umum karena memang sangat wigati(penting),wingit(rahasia)menurut paham mereka, dan mereka tidak mau tersaingi derajad kehidupannya.Dan orang-orang seperti ini sangat nguwalati(bertuah) setiap ucapannya akan terwujud,makanya disebut dengan kasta brahmana raja.Seorang brahmana setiap ucapannya akan menjadi kenyataan,demikian juga setiap ucapan raja juga mengandung makna yang sama yaitu setiap yang disabdakan akan menjadi kenyataan.
Namun jaman telah berubah,dan rahasia itu sekarang digelar untuk umum bagi yang percaya dan mau menjalankannya dengan sungguh-sungguh.Namun syaratnya tidak ringan yaitu harus rajin mengasah ilmu kebatinannya setiap hari,juga bersikap jujur,nah kalimat yang satu ini yang jarang orang kuat membawanya yaitu harus jujur,apalagi dijaman sekarang ini yang notaben orangnya lebih mempercayai logika,yang suka mengotak atik,merekayasa apa saja agar bisa dia miliki,yang lebih percaya kepada akal fikir.Karena sifat batin kita itu jujur,kalau tidak jujur doa kita,ucapan kita tidak bertuah.
Perilaku kebatinan (misalnya kejawen) yang dilakukan oleh seseorang yang beragama, seringkali memang dipertentangkan orang, dianggap bertentangan dengan agama, atau bahkan dianggap sebagai aliran / ajaran yang bisa merusak keimanan seseorang. Padahal, penghayatan kebatinan pada dasarnya adalah pemahaman dan penghayatan kepercayaan manusia terhadap Tuhan. Penghayatan ketuhanan itu bukanlah agama, tetapi seseorang beragama yang menjalaninya, justru bisa mendapatkan pemahaman yang dalam tentang agamanya dan Tuhan setelah mempelajari kebatinan tersebut, dan seseorang bisa mendapatkan pencerahan tentang agamanya, walaupun pencerahan itu didapatkannya dari luar agamanya.
Perilaku berkebatinan, termasuk kebatinan agama, apapun agama dan kepercayaannya, baik sekali dilakukan, supaya seseorang mengerti betul ajaran yang dianutnya, supaya tidak dangkal pemahamannya atau hanya ikut-ikutan saja, tetapi materi kebatinannya harus diperhatikan dan di-"filter", dan memiliki kebijaksanaan untuk memilih yang baik dan membuang yang tidak baik, sehingga kemudian dapat menjadi pribadi yang mengerti agama dan kepercayaannya dengan benar dan mendalam, tidak mudah dibodohi atau dihasut, apalagi hanya ikut-ikutan.
Memang perlu bahwa manusia memiliki suatu keyakinan atau prinsip hidup yang kuat sebagai bagian dari kepribadian yang kuat. Dan para penganut agama / kepercayaan yang tekun mendalami kebatinan agama dan kepercayaannya akan memiliki keyakinan dan kekuatan batin yang lebih, dibandingkan yang hanya menjalani kepercayaannya secara formalitas saja, apalagi dibandingkan yang mengabaikannya.
Sebenarnya sisi kebatinan ada dalam semua aspek kehidupan, bukan hanya ada dalam keilmuan kebatinan atau kepercayaan / keagamaan, dan menjadi bagian dari kepribadian seseorang. Tetapi yang menambah nilai pada kekuatan kebatinan adalah suatu keyakinan terhadap sesuatu hal dan keyakinan itu konsisten dijalaninya sepenuh hati dalam hidupnya. Dan bila keyakinan itu konsisten dijalaninya, semakin banyak godaan/gangguan, akan semakin bertambah kekuatan batinnya.
Sisi kebatinan itu akan menambah kekuatan batin seseorang bila dilandasi sikap keyakinan di dalamnya dan dilaksanakan sepenuh hati dalam kehidupannya sehari-hari. Kalau tidak begitu, itu hanya akan menjadi sebuah konsep atau prinsip hidup, tetapi tidak menambah nilai kebatinannya. Dan yang jelas berpengaruh sekali pada kekuatan batin adalah keyakinan yang dominan dalam kehidupan seseorang, seperti ketekunan dan keyakinan pada agama, atau keyakinan kepercayaan kerohanian, atau keyakinan pada suatu keilmuan.
Kekuatan batin dan kegaiban kebatinan tidak perlu dicari kemana-mana. Kekuatan batin dan kegaiban kebatinan sebenarnya berasal dari diri sendiri, dari sesuatu yang kita yakini, dan sugesti keyakinan itu akan menciptakan suatu kegaiban tersendiri. Kita sendiri bisa mengalaminya. Misalnya dalam kehidupan kita beragama, cukup satu saja firman atau sabda dalam ajaran agama kita hayati maknanya, kita imani dan kita perdalam dengan dibaca berulang-ulang (atau diwirid) dengan penghayatan. Penghayatan kita itu kita pegang teguh dalam kehidupan sehari-hari, sehingga menyatu dan mengisi hati dan batin kita. Setelah itu kita akan dapat merasakan adanya rasa kegaiban tersendiri, kekuatan batin tersendiri, dan itu hanya kita sendiri yang menjalaninya saja yang tahu dan merasakannya. Seberapa kuat penghayatan kita itu dan seberapa dalam keyakinan keimanan kita itu akan menciptakan suatu kekuatan batin dan kegaiban tersendiri.