Pamor keris biasanya diartikan sebagai pancaran energi yang keluar atas perpaduan du atau lebih logam dalam satu senjata bilah keris, bahkan studi terakhir menunjukkan kalau keris keris sakti pada jaman terdahulu terbuat dari batuan lintang atau meteor yang jatuh ke bumi dan juga logam Uranium pembuat bom atom. Hal ini menunjukkan pamor dengan kesamaan istilah modern sebagai terpnacarnya energi gelombang Gamma , Beta dan Alfa secara berurutan dengan paruh waktu mungkin mencapai puluhan ribu tahun lamanya. Dan semua itu sudah ada dalam keris pusaka Indonesia.
Dalam dunia keris kita mengenal 3 macam pamor berdasarkan;
* Yang pertama menyangkut bahan pembuatannya; misalnya: pamor meteorit, pamor Luwu, pamor nikel, dan pamor sanak.
* Pengertian yang kedua menyangkut soal bentuk gambaran atau pola bentuknya. Misalnya: pamor Ngulit Semangka, Beras Wutah, Ri Wader, Adeg, dan sebagainya.
* Ketiga, menyangkut soal teknik pembuatannya, misalnya: pamor mlumah, pamor miring, dan pamor puntiran.
Banyak keris digunakan tidak saja sebagai senjata tetapi juga sebagai pelengkap upacara dan juga sesaji yang dilakukan masyarakat Nusantara yang terpengaruh dengan budaya Kerajaan Majapahit dan juga Agama Hindu Budha. Bahkan dalam segala aspek kehidupan kita juga memasukkan keris sebagai tandem untuk penangkal baik itu bencana maupun serangan non fisik misalnya santet.
kembali ke masalah Pamor keris, Selain itu, ditinjau dari niat sang empu, pola pamor yang terjadi masih dibagi lagi menjadi dua golongan. Kalau sang empu membuat pamor keris tanpa merekayasa polanya, maka pola pamor yang terjadi disebut pamor tiban. Orang akan menganggap bentuk pola pamor itu terjadi karena anugerah Tuhan.
Sebaliknya, jika sang empu lebih dulu membuat rekayasa pla pamornya, disebut pamor rekan [rékan berasal dari kata réka = rekayasa]. Contoh pamor tiban, misalnya: Beras wutah, Ngulit Semangka, Pulo Tirta. Contoh pamor rekan, misalnya: Udan Mas, Ron Genduru, Blarak Sinered, dan Untu Walang.
Ada lagi yang disebut pamor titipan atau pamor ceblokan, yakni pamor yang disusulkan pembuatannya, setelah bilah keris selesai 90 persen. Pola pamor itu disusulkan pada akhir proses pembuatan keris. Contohnya, pamor Kul Buntet, Batu Lapak, dll.
Dalam dunia keris kita mengenal 3 macam pamor berdasarkan;
* Yang pertama menyangkut bahan pembuatannya; misalnya: pamor meteorit, pamor Luwu, pamor nikel, dan pamor sanak.
* Pengertian yang kedua menyangkut soal bentuk gambaran atau pola bentuknya. Misalnya: pamor Ngulit Semangka, Beras Wutah, Ri Wader, Adeg, dan sebagainya.
* Ketiga, menyangkut soal teknik pembuatannya, misalnya: pamor mlumah, pamor miring, dan pamor puntiran.
Banyak keris digunakan tidak saja sebagai senjata tetapi juga sebagai pelengkap upacara dan juga sesaji yang dilakukan masyarakat Nusantara yang terpengaruh dengan budaya Kerajaan Majapahit dan juga Agama Hindu Budha. Bahkan dalam segala aspek kehidupan kita juga memasukkan keris sebagai tandem untuk penangkal baik itu bencana maupun serangan non fisik misalnya santet.
kembali ke masalah Pamor keris, Selain itu, ditinjau dari niat sang empu, pola pamor yang terjadi masih dibagi lagi menjadi dua golongan. Kalau sang empu membuat pamor keris tanpa merekayasa polanya, maka pola pamor yang terjadi disebut pamor tiban. Orang akan menganggap bentuk pola pamor itu terjadi karena anugerah Tuhan.
Sebaliknya, jika sang empu lebih dulu membuat rekayasa pla pamornya, disebut pamor rekan [rékan berasal dari kata réka = rekayasa]. Contoh pamor tiban, misalnya: Beras wutah, Ngulit Semangka, Pulo Tirta. Contoh pamor rekan, misalnya: Udan Mas, Ron Genduru, Blarak Sinered, dan Untu Walang.
Ada lagi yang disebut pamor titipan atau pamor ceblokan, yakni pamor yang disusulkan pembuatannya, setelah bilah keris selesai 90 persen. Pola pamor itu disusulkan pada akhir proses pembuatan keris. Contohnya, pamor Kul Buntet, Batu Lapak, dll.